Alasan yang Tepat
(Berikut ini adalah khayalan kelas bisnis, sok menjadi super cool)
Sesaat setelah tanganku melingkari tubuhmu, dan jariku mulai melepaskan kait kutangmu, aku terhenyak. Sadar akan suatu hal diantara napsu yg menggebu.
Sini, biar kukait kembali kutangmu.
Ini, kenakan bajumu.
Itu, naikan lagi celanamu yg sudah setengah melorot.
Bukannya sok alim, aku juga sama dengan kucing itu. Jika kamu adalah tulang, mana mungkin kutolak.
Hanya saja aku tak punya kondom. Takut nanti kita lupa diri. Lalu 'jalan napsu' yang kita tempuh ini nanti berujung keterpaksaan.
Jikapun kamu nanti hamil, aku pasti akan bertanggung jawab.
Kupastikan itu.
Aku hanya takut tidak bisa mempertanggungjawabkan rasaku terhadapmu kelak.
Aku percaya segala sesuatu yang kita lakukan harus punya alasan yang tepat.
Aku hanya mau menikahimu karna kita saling mencintai dan ingin bersama.
Bukan karna aku telah menghamilimu.
Aku mau mencintaimu sebagai istriku dulu,
Lalu aku mau mencintaimu karna menjadi ibu yang melahirkan anak-anak kita.
Aku tidak mau kita serumah karna anak kita butuh ayah dan ibu, demi muka ke tetangga atau tetek bengek sosial agama maupun adat istiadat.
Aku ingin kita bersama karna kita ingin bersama.
Bukan karna kita terpaksa harus bersama.
Mungkin masih sempat jika aku bergegas ke minimarket depan gang, tapi mungkin kau telah kehilangan napsu.
Mungkin lebih baik kita berbaring saja, sambil ngobrol atau apa.
Sampai kita terlelap.
Komentar
Posting Komentar