Nguping (Sepenggal Kisah Di Warung Pecel)
Coution: Jika anda bukan orang Timur, mungkin akan kesulitan
untuk memahami.
Jam 22:15, tiba-tiba perut lapar. Sa berangkatlah ke warung
pecel ayam depan kontrakan. Setelah selesai pesan, sambil tunggu masnya goreng
ayam, sa ‘bunuh’ waktu (keren e istilahnya) dengan main hape.
Tiba-tiba lagi, muncul cewek
dua orang duduk di seberang meja. Dong dua seksi (wuuuiihh…), baju press (ehm),
celana botol, kulit hitam manis, rambut ‘bonding’ (cieee…), bicara lantang bahasa
Indonesia logat InTim.
Rakat sudah ni. Hahahaha..
Jadilah kami bertiga
pelanggan larut malam di warung itu.
Sa sambil main hape, sambil curi-curi dengar (curi pandang
juga) tu nona dua pu pembicaraan. Sebenarnya bukan curi sih, karna dong dua
bicara keras sekali jadi hitungannya mereka yang kasi sa dengar. Hahaha…
Ternyata, topik pembicaraannya adalah…jeng…jeng…jeng… LAKI-LAKI.
Jadi ternyata, dong dua ni lagi saling pamer dong pu pacar.
Sa
dengar dari jauh nona yang satu ni dia pu pacar kerja di kapal pesiar jalur
Amerika sana, tiap enam bulan baru pulang ke Indonesia, baku telpon juga paling
pas kapal lagi sandar di pelabuhan.
Kalo lagi kangen dong dua tahan-tahan saja
sampe dia pu pacar ketemu daratan baru dong halo-halo (Kasian ko e nona).
Dan
nona ini rela bersabar, serta yakin mudah-mudahan dia pe pacar setia (yakin kok
pake mudah-mudahan?), tidak tega’e deng bule-bule (ko doa yang banyak saja
nona).
Sa pu pesanan datang, sambil makan, sa tetap menyimak dong
pu obrolan.
Terus nona yang kedua ni menurut sa lebih beruntung, karna
pacarnya kerja di Jakarta.
Setelah dia dengar dia pu teman cerita panjang
lebar, sekarang dia kasi tumpah dia punya.
Nona yang kedua ni pacarnya PNS.
Sa tau
karna tu nona bilang begini : “Ko tau to mereka yang lulusan IPDN, langsung
jadi pegawai memang.”
(Agak pamer yah? Nenek-nenek juga tau kaleeee….)
Dia cerita
lagi, minggu lalu dong mau pi pesta, tapi ni cewek tidak mau, alasannya dia
tidak ada baju. Dan pemirsa, jadilah dua insan sejoli itu berangkat ke pusat
perbelanjaan di Bekasi sana yang basementnya dipenuhi mobil rusak bekas banjir
kemarin, guna membeli baju pesta si nona ini.
Setelah pilih pakaian sana sini
dan keluar masuk fitting room, dong ke kasir.
“Ko tau harganya berapa?” Tu nona
tanya dia pu teman.
Sambil jari tunjuk dia pu baju: “Ini 265 ribu”
Lalu tangan
pindah tunjuk di celana: “Ini 215 ribu”
(Detil sekali e dia pu cara sebut
harga).
Saudara saudariku yang terkasih, sampai pada titik ini sa
mulai ilfeel.
Sa ambil headphone dari saku, pasang di telinga, putar lagu-lagu
Oasis di hape. Sambil melahap habis sisa makanan yang ada di piring.
Mungkin dong
dua lihat sa pake kaos oblong, celana pendek, muka berewok tanda tidak mampu
beli silet, jadi timbul dong pe niat untuk membentengi diri biar sa tidak minta
kenalan.
Sambil isap-isap tulang ayam, tidak sengaja sa lihat mas
tukang warung dengan dia pu maitua lagi ketawa sembunyi-sembunyi.
Lalu maituanya
bisik-bisik, bilang: “Kang, kasian, baru
datang ka dayeuh, dusun keneh”.
Ternyata ini 'mas-mas' deng dia pu istri orang Sunda.
Sayang sekali, sa mengerti bahasa Sunda.
Arti bisikkannya adalah: “Kaka, kasian e, baru
datang ke kota, masih kampungan”
Aduh nona e, mending sa bayar ni makanan terus pulang tidur
saja.
Jakarta, 29 Agustus 2013
***********************************************************************************

Komentar
Posting Komentar