Jangan Salahkan Tuak
![]() |
(Sumber Foto: ipunkngeloz3.blogspot.com) |
Seminggu belakangan di organisasi muda-mudi Adonara di Jakarta ini ramai membicarakan minuman yang satu ini, tuak. Rencananya, tuak akan ditiadakan dari segala kegiatan atau event yang diadakan organisasi kami.
Kalau acara resmi okelah. Tapi kalau pesta?Orang Flores pesta tapi tidak ada tuak???
Ada yang kurang rasanya.
Namun, esensi dari postingan kali ini bukanlah soal polemik yang terjadi dalam organisasi kami. Itu adalah masalah interen organisasi, jadi tak usahlah dibahas di sini. Biar kami nanti mencari jalan keluar sendiri.
Dari perdebatan kami yang panjang lebar (dari duduk bersama sampai di grup FB) dan belum menemui kata sepakat ini, ada sebuah argumen yang dilontarkan seorang teman saya, yang kebetulan menentang keputusan peniadaan tuak ini:
Dengan tuak, orang akan lebih mudah bergaul. Lebih cepat akrab, lebih berani joget. Mental dari setiap orang berbeda, ada yang harus minum tuak dulu baru bisa joget. Biar tidak malu dan 'performanya' bisa lebih maksimal.
Nah lho...
Ini menurut saya lucu.
Masa setiap berhadapan dengan orang banyak kita harus 'dibantu' dengan alkohol...
Tapi sayang ini adalah kenyataan yang sering kita dapati di tengah kita.
Kalau untuk orang yang bisa mengontrol diri, mungkin bisa.
Nah kalau untuk mereka yang pengendalian dirinya masih level satu....ah...tak tahulah...
Bukan tuak yang harus kita hindari, tapi 'mental tuak' yang harus kita ubah.
Masa nanti kalau sudah bekarja, saat rapat, presentasi ke klien, atau hal semacamnya kita harus minum tuak dulu baru PD untuk berhadapan dengan mereka. Hahaha...
Jadi, tuang terus tuaknya, kalau mabuk tidur saja.
Peace and out.

Komentar
Posting Komentar